PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)
Seperti judul yang tertera diatas, PAUD adalah media pendidikan untuk anak-anak yang berusia dini yaitu 0-8 tahun. Pendidikan untuk anak usia dini pertama sekali didirikan oleh Fredrick Froebel berupa sebuah taman kanak-kanak di Jerman. Beliau berpendapat bahwa anak-anak yang berusia dini sudah layak diberikan pendidikan sesuai dengan sifat perkembangan yang sedang mereka lalui. Hal ini dibangun atas dasar masa periode emas yang terjadi pada usia dini anak. Pada tahap ini, otak anak berkembang sangat pesat. Kemampuan bernalar, berbahasa, dan sebagainya berkembang sangat cepat. Oleh sebab itu, anak-anak sudah layak untuk dididik dan diarahkan. Tentunya,pelajaran yang diberikan kepada anak adalah pelajaran berupa permainan yang menyenangkan yakni melalui media pendidikan yang sesuai dan tepat pada tahap usia anak usia dini. Pada dasarnya, PAUD merupakan jenis pembelajaran yang bukan berorientasi pada ilmu sangat mendalam. Anak-anak dilatih untuk berpikir dan berkembang secara optimal dalam aspek emosional, motorik, kreativitas dan spiritual.
Di Indonesia, PAUD sudah anak sejak 2001, namun PAUD resmi dimasukkan dalam UU pada tahun 2003 yakni Undang-Undang No 20,
2003 tentang SikDikNas. Pemerintah mulai menaruh perhatian pada PAUD pada tahun 2002 dan menetapkan bahwa PAUD merupakan pendidikan untuk anak usia dini dalam rentang usia 0-6 tahun. PAUD terdiri dari 3 jenis yaitu formal (taman kanak-kanak), nonformal (penitipan anak), dan informal (pelatihan untuk keluarga). Dengan adanya UU ini, diharapkan pendidikan yang diadakan ini dapat membimbing anak-anak menuju tahap pengertian anak terhadap dunia sesuai dengan perkembangan normal anak seusianya. Dalam PAUD, anak-anak diajarkan untuk mengenal dirinya, orang-orang disekitarnya dan juga penciptaNya. Dalam aspek lain, anak-anak dilatih untuk kreatif dengan permainan yang merangsang otaknya untuk berpikir lebih kompleks dari hari ke hari. Pembelajaran ini misalnya bisa dengan melalui belajar mewarnai. Dengan ini, anak dibiarkan untuk berkreasi sesuai dengan imajinasi mereka. Anak juga diajarkan lagu-lagu sederhana yang dapat merangsang ingatan dan bersifat memperkenalkan hal-hal baru sesuai dengan topik pelajaran yang diberikan pada hari itu. Contohnya adalah lagu "Naik-Naik ke Puncak Gunung", "123 Aku Sayang Ibu", dan lain-lain.
Semua ini, dirancang sedemikian rupa dengan upaya agar anak-anak bangsa dapat tumbuh secara mental dan fisik dengan optimal dan menghasilkan generasi yang inovatif dan bermoral. Namun, yang sangat disayangkan ketika sistem pendidikan yang terjadi dilapangan tidak sesuai dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Semua rencana sudah disusun agar anak-anak dapat berintegrasi sesuai dengan tahap usia sewajarnya, Fenomena yang terjadi di Indonesia sangat berpengaruh pada efek jangka panjang anak. Pada faktanya, sekarang begitu marak taman kanak-kanak yang mengajarkan anak-anak tidak dengan permainan yang menyenangkan lagi. Bayangkan saja, anak-anak usia dini diajarkan angka-angka dan ditekan agar bisa membaca. Hal ini dapat memicu stress pada anak. Waktu anak-anak untuk bermain dan mengerti pelajaran melalui permainan tersebut memudar. Hal ini terjadi juga karena peraturan sekolah dasar yang mewajibkan anak-anak yang hendak memasuki kelas 1 SD, harus sudah mampu untuk membaca. Kalau diingat pada masa lalu, membaca itu adalah pelajaran yang didapatkan pada kelas 1 SD.
Seperti tujuan awal, dengan adanya PAUD ini, diharapkan anak mengalami perkembangan kognitif dengan optimal dengan cara yang tepat. Bangsa Indonesia ini sudah cukup mempunyai banyak orang-orang pintar, namun untuk mengembangkan bangsa ini, tidak cukup hanya mempunyai masyarakat yang pintar. Melainkan yang bernalar, bijak dan bermoral. Dan hal itu dilatih sejak anak usia dini. Pengalaman pada usia dini sangat berpengaruh pada masa depan anak. Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika sistem PAUD di negara ini dirancang ulang sesuai dengan tujuan dasarnya. Begitu banyak hal-hal yang dapat diajarkan pada anak-anak usia dini untuk mencintai dirinya, orang lain dan negaranya. Contoh kecilnya adalah mengajarkan anak membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, membagi anak-anak ke dalam kelompok bermain agar anak-anak dilatih untuk berbagi. Semuanya harus bersifat sederhana, mendidik dan menyenangkan.
No comments:
Post a Comment