LAPORAN
OBSERVASI E-LEARNING PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SMA Swasta Kristen Methodist 1
Alamat :
Jl. Hang Tuah No.1, Medan
Uang Sekolah : Rp1.000.000,00
Konsep e-Learning : Offline
Sejak Kapan e-Learning : 2008
B. URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
Hari dan Tanggal : Kamis, 23 Mei 2013
Waktu Pelaksanaan :
90 menit ( 12.00 – 13.30 WIB)
Unit Observasi : Penggunaan E-Learning
Unit Lain Observasi: Motivasi, Pendekatan Pembelajaran,
Perencanaan Pembelajaran dan Pengelolaan
Kelas.
Kelas Observasi : X-internasional
Narasumber : B. Sitorus
Pembagian Tugas : Yoshinta : e-Learning dan Identitas Sekolah
Megawaty : Motivasi
Maria
: Pengelolaan kelas
Claudia : Pendekatan pembelajaran
Abella :
Perencanaan pembelajaran
C. LAPORAN HASIL
OBSERVASI
I.
PENDAHULUAN
Psikologi
pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
(Santrock : 2011). Oleh karena itu, pada masa ini, psikologi pendidikan
memiliki peran yang sangat penting bagi guru dan dosen (pendidik) dalam
melaksanakan pengajaran dan bagi peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Kajian psikologi
pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar
dan pengelolaan organisasi sekolah dan kelas. Maka, masalah utama dalam
psikologi pendidikan adalah masalah belajar dan mengajar sebagai operasional
dalam usaha pendidikan.
Salah satu
aspek yang tidak dapat dilupakan dan dilepaskan dalam pendidikan adalah
teknologi. Segala aspek kehidupan manusia kini telah berkaitan dengan
psikologi, bukan hanya dalam pendidikan saja. Penerapan teknologi dalam dunia
pendidikan sudah dimulai sejak beberapa decade yang lalu, walaupun teknologi
yang dipakai masih sederhana dan berubah dengan lambat. Namun, beberapa tahun
terakhir, perkembangan teknologi sudah semakin pesat, berbagai alat dan progam
telah diciptakan untuk membantu proses pembelajaran.
II.
LANDASAN TEORI
Teknologi telah
menjadi bagian dari sekolah selama beberapa decade, tetapi teknologi masih
dipakai secara sederhana dan berubah dengan lamban. Namun, kini teknologi
berubah secara dramatis (Santrock:2011) perkembangan penggunaan teknologi dalam
dunia pendidikan berkembang begitu pesat baik secara kuantitas dan kualitas.
Perkembangan
tersebut tampak dengan pengadaan computer dan berbagai alat berbasis teknologi
disekolah-sekolah, dimasukkannya pelajaran teknologi, informasi dan komunikasi
kedalam kurikulum dan pelatihan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan
bagi para guru.
Dalam
penggunaannya, antar computer terkoneksi dengan jaringan yang bernama internet
yang akan menghubungkan antar computer. Sistem ini menyediakan informasi yang
tidak terbatas dan dapat diakses dengan mudah. Dalam banyak kasus, computer
menyimpan lebih banyak informasi dan masih lebih baru dibandingkan dengan buku.
Sistem
informasi hypermedia yang
menghubungkan berbagai ,materi di internet dalam upaya pengambilan informasi
bernama world wide web. Sistem ini
memberikan struktur yang dibutuhkan internet. Website adalah lokasi individu
atau organisasi di internet, websitelah
yang menampilkan informasi yang dimasukkan oleh individu atau organisasi. Email
atau electronic mail adalah bagian
penting dari internet. Pesan dapat dikirim dan diterima individu melalui sistem
yang bernama email ini. Fasilitas yang telah ada ini dapat mempermudah jalannya
proses pendidikan, karena pendidik dan peserta didik akan lebih mudah untuk search and share informasi yang berkaitan dengan pendidikan.
1.
Teori Motivasi
Motivasi adalah suatu proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Dimana perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI :
· Perspektif
behavoiral à menekankan imbalan dan hukuman
eksternal sebagai kunci dlam menentukan motivasi murid. Insentif adalah
peristiwa atau stimuli positif atau negatif
yang dapat memotivasi peilaku murid.
· Perspektif
humanistis à menekankan
pada kapasitas murid untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan
dengan pandangan Abraham Maslow.
· Perspektif
kognitif à menekankan bahwa murid akan memandu motivasi
mereka, artinya agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggungjawab
untuk mengontrol hasil prestasi mereka.
· Perspektif Sosial à kebutuhan afiliasi dianggap akan mempengaruhi motivasi
murid, di mana murid yang mempunyai hubungan yang penuh perhatian dan suportif
biasanya akan memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.
2. Teori
Belajar
Berikut ini
beberapa pendekatan untuk teori
belajar :
1. Pendekatan
Behavioral
Behaviorisme
adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui
pengalaman yang diamati, bukan dengan proses mental. Pengkondisian
klasik dan operan yang merupakan dua pandangan behavioran menekankan
pembelajaran asosiatif, yang terdiri dari pembelajaran dua kejadian yang saling
terkait (asosiated)
2. Pendekatan
Kognitif
Ada 4
pendekatan kognitif utama dalam pembelajaran yaitu :
a. Kognitif sosial
à menekankan
bagaimana factor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi
mempengaruhi proses pembelajaran.
b. Pemprosesan
informasi à
menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian,
ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
c. Konstruktivis
kognitif à menekankan
kontruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman
d. Kontruktivis
sosial à fokus pada
kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
3. Orientasi
Belajar
i.
Teacher
Centered Learning
Teacher Centered Learning atau
pengajaran berorientasi pada guru, pembelajaran ini mencakup pembuatan sasaran
perilaku, analisis tugas dan mengembangkan taksonomi intruksional. Pengajaran ini berorientasi pada guru yang terstruktur,
dimana guru mengatur dan mengontrol, mengharapkan kemajuan murid, memaksimalkan
waktu murid untuk tugas-tugas akdemik, dan menekan sikap negative sampai ke
tingkat minimum.
ii.
Student
Centered Learning
Perencanaan
pembelajaran ini fokus pada kelas, bukan pada guru. Prinsip yang digunakan
adalah prinsip kognitif dan metakognitif, factor motivasi dan emosional, factor
perkembangan sosial, dan factor perbedaan individual.
Pembelajaran
berbasis problem berfokus pada diskusi kelompok kecil ketimbang pengajaran.
Murid mengidentifikasi isu yang akan mereka kaji, dan guru bertindak sebagai
pembimbing, membantu merid memonitor upaya pemecahan masalah mereka.
4.
Manajemen Kelas
·
PANDANGAN
TENTANG MANAJEMEN KELAS
Pandangan lama
menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tindak
tanduk murid. Pandangan yang baru memfokuskan pada kebutuhan murid untuk
mengembangkanhubungan dan kesempatan untuk menata diri (Kennedy,dd,2001). Manajemen kelas
ini disusun dengan beberapa gaya penataan yakni :
1. Gaya auditorium àgaya susunan kelas dimana semua murid
duduk menghadap guru
2. Gaya tatap muka à gaya susuna kelas dimana murid saling
menghadap
3. Gaya off-setà gaya
susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di
bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain
4. Gaya seminar à gaya susuna kelas dimana sejumlah
besar murid (sepuluh atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran , atau
persegi, atau bentuk U
5. Gaya klaster à gaya susunan kelas dimana sejumlah
murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja sama dalam kelompok kecil.
III. Hasil
Observasi
1.
Pelaksanaan E-Learning
Berdasarkan
observasi, sekolah telah menyediakan seperangkat komputer dan proyektor di
ruang kelas. Kedua alat inilah yang digunakan untuk pelaksanaan e-learning. Yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan e-learning adalah tidak
berfungsinya wi-fi dengan baik,
sehingga menyulitkan kelas untuk melakukan pencarian informasi yang mendukung
pembelajaran. Selain itu, jika terjadi pemadaman listrik pembelajaran juga akan
beralih kembali ke konsep manual karena ketiadaan genset.
E-learning yang dilaksanakan secara umum masih
sederhana. Guru menjelaskan kepada murid dengan menggunakan proyektor yang
menampakkan bahan ajar atau murid yang melakukan presentasi dihadapan murid
lain dan guru. Sistem yang masih sederhana ini juga dikarenakan oleh fasilitas
dari sekolah yang masih kurang memadai, selain tidak ada wi-fi sekolah juga tidak dilengkapi dengan website sekolah yang
menyediakan berbagai bahan ajar dan e-library.
Menurut
wawancara kepada salah satu guru, pada masa awal penerapan e-learning sekolah dilengkapi dengan wi-fi dan website hanya
saja kurangnya perawatan menyebabkan terhentinya penggunaan wi-fi dan kurang di updatenya website. Namun,
untuk menyiasati ketiadaan wi-fi,
murid dan guru berinisiatif untuk menggunakan modem yang dimiliki siswa untuk
mencari informasi yang mendukung pembelajaran.
2.
Orientasi Belajar
Berdasarkan
observasi, perencanaan pembelajaran yang dipergunakan adalah Teacher Centered Learning, perencanaan
ini tampak jelas selama observasi, karena guru memberikan arahan yang semua
berpusat pada guru. Dalam mengajar guru menggunakan motode ceramah dan dilanjutkan dengan respon
murid.Namun, berdasarkan wawancara pada guru, metode yang digunakan bervariasi.
Perencanaan pembelajaran Student Centered
Learning juga terkadang dipergunakan, namun teacher centered learning lebih mendominasi.
3.
Pengelolaan Kelas
Gaya
penataan kelas yang digunakan adalah auditoium,
yang mana seluruh murid duduk menghadap
guru. Gaya ini sangat mendukung pelaksanaan e-learning yang dimana secara umum,
guru atau siswa melakukan presentasi di depan kelas. Jadi, dengan gaya penataan
ini, seluruh murid akan memperhatikan oknum yang berdiri di depan kelas.
Lingkungan
kelas yang diciptakan lebih mengarah pada penggunaan gaya manajemen kelas otoritatif, yaitu gaya yang melibatkan murid
dalam kerja sama give-and-take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada siswa (Santrok:2011). Guru juga menjelaskan
aturan dan regulasi, menentukan standar dan dengan masukan dari murid. Gaya
manajemen kelas ini sangat didukung oleh jumlah murid yang hanya 12 orang,
sehingga guru dapat memberikan perhatian kepada setiap murid.
Penggunaan gaya
tersebut juga didukung dengan penggunaan ruangan kelas yang tidak terlalu luas,
akan tetapi menjadi sedikit ganjil, karena dalam ruangan kelas terdapat kursi
dan meja yang jumlahnya melebihi jumlah siswa dan tidak tertata dengan baik,
selain itu pendingin ruangan yang ada tidak berfungsi dengan baik, kelas juga
kurang bersih dan tertata.
4.
Pendekatan
Pembelajaraan
Dalam
pembelajaran dikelas ini, pemberian reward
dan punishment sangatlah
berpengaruh. Pengaruh pemberian reward dan
punishment sangat mempengaruhi siswa,
yang mana kelas menjadi sangat aktif. Berdasarkan wawancara kepada salah satu
siswa, kelas menjadi sangat bersemangat karena ada nilai tambahan (reward) bagi setiap siswa yang aktif
dikelas.
Selain itu,
rata-rata siswa memiliki keinginan yang kuat untuk mampu menguasai pelajaran
dan meraih juara. Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi proses pembelajaran
yang berlangsung dikelas. Bisa dikatakan pendekatan pembelajran behavioral dan
kognitif berlangsung didalam kelas yang diobservasi tersebut.
5.
Motivasi
Motivasi
belajar yang dimiliki siswa selama observasi sangatlah baik. Berdasarkan observasi, perspektif
motivasi yakni behavioral, kognitif, dan humanistis dapat terlihat dari gaya
belajar siswa. Berikut uraiannya :
ü Humanistisà Siswa bebas dan aktif memberikan
tanggapan maupun pertanyaan mengenai materi baik kepada guru maupun kepada
teman sekelas.
ü Kognitif à
Siswa tampak sangat percaya diri dalam memperlihatkan kemampuan dalam menjawab
pertanyaan mengenai materi dan juga berfokus pada ide-ide masing-masing dalam
memberi tanggapan mengenai materi.
ü Behavioral à Siswa tampak semakin termotivasi dalam
menanggapi pertanyaan ataupun memberi tanggapan dengan adanya reward berupa nilai tambahan dari guru.
IV. RANGKUMAN
HASIL OBSERVASI
4.1
Rangkuman Kelompok
Sistem e-learning telah berjalan cukup lama
di SMA Methosdist 1 Medan, fasilitas yang ada sudah cukup memadai untuk
melakukan pembelajaran dengan konsep e-learning offline. Pengelolaan kelas,
perencanaan pembelajaran dan pendekatan pemberlajaran yang digunakan juga
saling terkait dan saling mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.
Motivasi siswa dalam belajar juga sangat
mendukung berjalannya sistem pembelajaran ini, walaupun ada aspek-aspek kecil
yang kurang diperharikan seperti keadaan kelas yang kurang ergonomis dan
kekurangan fasilitas. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa pembelajaran yang
berlangsung di SMA Methodist 1 Medan tidak jauh dari efektif.
4.2 Rangkuman Pribadi
MEGAWATY
MAYA SHINTA MUNTHE (12-038)
Metode
belajar dengan e-learning merupakan
metode belajar yang masih baru. Metode ini banyak diterapkan oleh
sekolah-sekolah dengan tujuan pemanfaatan teknologi dalam belajar dan
pengefektifan pembelajaran untuk semakin terlihat nyata seperti penayangan
video sesuai dengan materi.
Dalam
observasi yang kami lakukan, banyak hal yang kami dapatkan tentang belajar online. Salah satunya adalah sekolah
semakin bersaing mengupayakan kesejahteraan fasilitas sekolah seperti
penyediaan laptop, jaringan wi-fi,
dan lain-lain, yang juga sekaligus berfungsi untuk meningkatkan mutu sekolah
itu sendiri. Kemudian, penggunaan e-learning
dalam metode ini juga sekaligus melatih siswa-siswi agar melek teknologi dalam
era globalisasi zaman sekarang ini. Siswa-siswi juga lebih termotivasi dan
interaktif dalam mempelajari materi karena materi dapat dilihat lebih nyata
seperti melalui video-video ataupu gambar edukatif. Hal yang saya dapatkan juga
adalah keabkraban guru dengan murid juga terjalin melalui pertanyaan tentang
materi maupun tentang teknologi yang sedang digunakan juga. Karena yang saya
lihat, walaupun guru-guru sudah dibekali tentang pembelajaraan penggunaan media
online oleh pihak sekolah, guru-guru juga mempunyai
kelemahan dalam mengoperasikan teknologi tersebut dan dengan itu guru dan murid
saling membantu dalam pengoperasian media online
tersebut.
Pengelolaan
kelas dengan
menggunakan pola auditorium yang mendukung terlaksananya manajemen kelas yang kondusif juga menunjang situasi proses
belajar yang baik.
V. TESTIMONI TENTANG PERENCANAAN DAN PROSES OBSERVASI
YOSHINTA
GRACIA E LUMBANBATU (12-032):
Menurut
saya, perencanaan dan proses observasi berjalan dengan baik. Segala sesuatunya
berjalan sesuai dengan rencana. Memang ada beberapa masalah kecil yang muncul
secara tidak terduga, namun tidak begitu mengganggu jalannya observasi.
CLAUDIA GENEROSA ARUAN (12-068) : Menyenangkan
akhirnya bisa menyelesaikan tugas observasi ini dengan baik. Mulai dari
pencarian sekolah, penyetujuan dari kepala sekolah, hingga pelaksanaan
observasi. Kebetulan kami diizinkan untuk mengobservasi ke kelas internasional.
Jadi saya berpikir berarti pembelajaran e-learning yang diterapkan pada mereka
pasti lebih baik. Guru yang ada disekolah itu juga ramah-ramah dan bersahabat.
Oleh karena itu saya pribadi merasa cukup puas saat melakukan tugas observasi
tersebut. Siswa-siswa dikelas tersebut juga baik-baik dan sopan. Saat kami
mewawancarai, mereka sangat berpartisipasi dengan baik. Sekian J
MARIA A SIMANJUNTAK
(12-042) : Ketika mendapat tugas observasi ini
awalnya bingung, karena saya kurang begitu tertarik dengan tugas ini. Pertama ,
awalnya kami bingung mencari sekolah yang akan diobservasi, belum lagi surat
izinnya. Namun, setelah dilalui ternyata menyenangkan, banyak hal yang saya
dapat dari observasi e-learning ini.
Awal masuk ke kelas , gugup juga karena saya tidak terlalu lihai dalam berinteraksi
dengan mereka, namun semua dapat terselesaikan. Dalam observasi ini kami
membagi tugas, dan saya dapat bagian Manajemen Kelas, dimana saya mengamati
struktur kelas mereka, pola pengajaran guru, gaya penataan kelas, dan
lain-lain. Ternyata gaya pembelajaran saat sudah sangat canggih dan banyak
mengandalkan media elektronik seperti internet,proyektor, dan lain-lain. Belum
lagi yang kami observasi kelas internasional di Methodist 1 Medan. Sungguh
sangat berbeda dengan cara belajar saya saat menduduki bangku sekolah.
Diharapkan dengan adanya program e-learning
ini, maka para siswa agar lebih efektif belajar dan dapat menggunakannya untuk
kepentingan pembelajaran.
ABELLA
SARAGIH (12-078) : Saya merasa senang dan bangga karena untuk pertama kalinya
saya melakukan observasi ini. Temen-temen dan guru dimethodist juga sangat
ramah dan sangat baik dalammenerima kami untuk melakukan observasi ini. Mereka
sangat membantu dan menganggap serius tugas yang kami lakukan tersebut. Suasana
kelas juga cukup mendukung kami dalam melakukan observasi ini. Murid-muridnya
ikut berpartisipatif dalam penyelesaian tugas ini.
MEGAWATY MAYA SHINTA MUNTHE: Saya
merasa observasi pendidikan ini menarik karena ini merupakan pengalaman pertama
melakukan tugas observasi. Awalnya saya sangat merasa cukup mengerti bagaimana
cara observasi. Namun, ketika dipraktekkan cukup agak rumit dan tantangannya
adalah menilai secara objektif apa yang dilihat. Akhirnya setelah lama berpikir
di dalam kelas dan mencoba untuk menilai motivasi belajar siswa selama
observasi, saya akhirnya dapat membuat hasil observasi. Keadaan siswa yang
cukup aktif dalam menanggapi kami sebagai obeserver pada akhir pelajaran juga
menambah semangat saya dalam melakukan tugas observasi ini.
Comment here
ReplyDelete